Monday, December 5, 2016

Menghitung Volume Cetakan Sabun


Banyak murid dan soapmaker lain yang bertanya tentang cara menghitung volume mold. Berikut cara menghitungnya:

Hitung dimensi dalam (inner size) cetakan anda. 

Rumus (dalam cm):  
Panjang x Lebar x Tinggi x 0.7 atau 0.65 = Jumlah oil dalam gram

Rumus ini dihitung dengan asumsi mendekati full water dalam resep (38%).

Contoh: 
Jika ukuran dalam cetakan Anda adalah 15 x 7 x 8, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: 15 x 7 x 8 x 0.7 = 588 gram. 

Detail lebih rinci tentang cara menghitung volume sabun bisa dibaca di sini





Saturday, May 28, 2016

Yuk diskusi lewat komen

Wah, tak terasa sudah tiga bulan saya tidak menulis untuk blog ini. Saya sedang banyak kesibukan sehingga blog ini jadi ter'lupa'kan. 

Saya menulis blog dengan tujuan untuk sharing dan mengajak pembaca untuk berdiskusi. Tapi saya lihat pembaca lebih suka email atau chat langsung untuk bertanya. Ada baiknya Anda mengajukan pertanyaan di komen sehingga kita bisa sama2 diskusi dan pembaca lain bisa membacanya, sebab pertanyaan yang sama bisa diajukan sekian banyak orang dan saya harus mengetik jawabannya satu demi satu. Yuk diskusinya di komen aja :) Sharing is caring, right?

Sepertinya budaya pembaca Indonesia memang begitu ya? Beda dengan blog luar yang diskusinya di komen cukup aktif, kita bisa sama sama mengutarakan pendapat dan berbagi ilmu. 

Ssaya mengundang pembaca untuk aktif di komen jika ada yang ingin ditanyakan. Bagaimana kalau mulai sekarang saya ga usah jawab pertanyaan via email maupun chat? Saya sarankan untuk bertanya di komen :p

Thursday, March 31, 2016

Kamus INCI Umum

INCI? apa sih INCI itu?
Di ingredients list produk skincare, haircare, bodycare, banyak yang menuliskan bahan baku nya dengan menggunakan INCI nya. 
INCI adalah nama ilmiah dari bahan bahan tersebut, merupakan singkatan dari International Nomenclature of Cosmetic Ingredients.  

Beberapa soapers maupun produsen homemade skincare lokal juga banyak yang mencantumkan INCI nya dalam ingredient list. Anda bisa googling sendiri kalau ada yang tidak dalam list ini. Jadiiiii, kalau melihat ingredient list aneh aneh yang menurut kalian bukan bahasa manusia, jangan cepat cepat mengambil kesimpulan bahwa bahan tersebut berbahaya yaaaaa :)

Disini saya tuliskan (sebagian) dari INCI bahan baku kosmetik yang umum. Beberapa bahan seperti emulsifier dan preservative merupakan gabungan dari beberapa bahan, sehingga tidak dituliskan menjadi satu.




INCI  COMMON NAME
Achillea millefolium Yarrow
Allantoin Allantoin
Alchemilla vulgaris Lady's mantle
Aluminium chlorohydrate Aluminum salts
Aluminium zirconium tetrachlorohydrate gly Aluminum salts
Aloe Barbadensis Aloe Vera
Amaranthus Caudatus Amaranth
Amorphophallus Konjac Konjac glucomannan
Amyris Balsamifera West indian sandalwood
Aniba rosaeodora Rosewood
Anthemis Nobilis Roman chamomile
Argania Spinosa Argan
Aspalathus linearis Rooibos
Bacopa monnieri Brahmi
Beheneth 10 Beheneth 10 (emulsifier)
Benzyl Alcohol Benzyl alcohol  (preservative)
Boswellia Carteri Frankincense
Butylparaben Butylparaben (preservative) 
Butyrospermum parkii shea (butter or oil)
Caffeine Caffeine
Calendula Officinalis Marigold
Cannabis Sativa Hemp
Caprylic/capric triglyceride Fractionated coconut oil
Carthamus tinctorius Thistle (also known as safflower)
Centaurea cyanus cornflower
Cetyl Alcohol Cetyl alcohol (stabilizer)
Chamaemelum nobile Roman chamomille
Chlorogalum Soaproot
Citrus Aurantium Orange blossom (also called neroli)
Citrus Limonum Lemon
Cocamidopropyl Betaine Cocamidopropyl betaine (surfactant)
Coco caprylate Coconut 'silicone' 
Coco Glucoside: Coco glucoside (surfactant)
Cocos nucifera Coconut
Corylus Avellana Hazelnut
Cucurbita Pepo Pumpkin seed
Cyclomethicone Cyclomethicone (silicone) 
Daucus carrota Carrot seed
Decyl Glucoside Decyl glucoside (surfactant)
Dimethicone dimethicone (silicone)
Ethylparaben Ethylparaben (preservative)
Eleutherococcus senticosus Siberian ginseng (E. senticosus in the US)
Farnesol Farnesol
Garcinia Indica Kokum
Guar Hydroxypropyl Trimonium Chloride Guar gum
Glycol Distearate Glycol distearate (surfactant)
Glyceryl Stearate VE (emulsifier)
Hamamelis Virginiana Witch hazel
Helinthus annuus Sunflower
Hydrolized Corn, Wheat and/or Soy Protein Phytokeratin
Hydrolized Vegetable Protein Vegetable protein (from marine algae)
Hydrolized Silk Protein Silk protein
Isobutylparaben Isobutylparaben (preservative)
Isopropylparaben Isopropylparaben (preservative)
Jasminum Grandiflorum Jamine
Jasmin Sambac Jasmine
Juniperus Communis Common juniper
Konjak Glucomannan Voodoo lily
Laminaria Digitata Oarweed
Lanolin Lanolin
Lauryl Glucoside Lauryl Glucoside (surfactant)
Lavandula Angustfolia Lavender
Leptosperum petersonii Lemon scented tea tree
Leptospermum scoparium Manuka (also known as New Zealand tea tree)
Litsea Cubeba May Chang
Lupine Peptides Hydrolyzed lupine protein
Malva Sylvestris Mallow
Mangifera indica Mango
Matricaria Chamomilla German chamomile
Melaleuca alternifolia Tea Tree
Melissa Officinalis Lemon balm
Mentha Arvensis Wild mint (also: field mint and Japanese mint)
Mentha Piperita Pepermint
Methylparaben Methylparaben (preservative)
Mipa Laureth Sulphate Mipa Laureth Sulphate (surfactant)
Myoporum Sandwicense Bastard sandalwood 
Nelumbo nucifera Lotus
Oryza Sativa Rice bran
Panthenol Panthenol  (provitamin B5)
Paraffinum Liquidum Liquid paraffin
Pelvetia Canaliculata Channelled wrack
Pelargonium graveolens Geranium (also rose geranium) 
Persea gratissima Avocado
Petrolatum Mineral oil
Phenyl Trimethicone Phenyl Trimethicone  (silicone)
Plantago Lanceolata Narrowleaf plantain
Primula Veris Cowslip
Propylparaben Propylparaben  (preservative)
Prunus amygdalus dulcis Sweet Almond
Prunus armeniaca Apricot (kernel)
Pyrus Malus Apple
Retinol Palmitate A-vitamin
Rosa Centifolia Rose (cabbage)
Rosa Damascena Rose (damask)
Rosa Rubignosa Rosehips
Rosmarinus Officinalis Rosemary
Salvia Officinalis Sage
Santalum Album Sandalwood
Santalum Spicatum Sandalwood
Santalum Ellipticum Sandalwood
Santalum Freyincetanium Sandalwood
Santalum Paniculatum Sandalwood
Saponaria Officinalis Soapwort
Simmondsia chinensis Jojoba
Sodium Ascorbyl Phosphate Vitamin C
Sodium Cocoamphoacetate Sodium cocoamphoacetate (surfactant)
Sodium Cocoyl Glutamate Sodium Cocoyl Glutamate  (surfactant)
Sodium bicarbonate Baking Soda
Sodium Hydroxypropylsulfonate Laurylglucoside cross polymer Suga Nate (surfactant)
Sodium Hyaluronate Hyaluronic acid (also hyaluronan or hyaluronate) 
Sodium Lauryl Glucose Carboxylate Sodium Lauryl Glucose Carboxylate  (surfactant)
Sodium Laureth Sulfate SLeS  (surfactant)
Sodium Lauryl Sulfate SLS (surfactant)
Sodium Stearoyl Lactylate MF (emulsifier)
Solanum Lycoperiscum Tomato
Spirulina Maxima Spirulina
Squalane Squalane
Theobroma Cacao Butter Cocoa Butter
Thimerosal (also Merthiolate) Thimerosal   (preservative)
Tilia Cordata  Linden (also called Lime Blossom)
Titanium Dioxide Titanium Dioxide
Vaccinum Myrtillus Blueberry
Vaccinium Macrocarpon Cranberry
Veronica officinalis Common speedwell
Vitis vinifera Grapeseed







Friday, March 18, 2016

Lotion And Butter - Cheat Sheet

      
                             Whipped Body Butter                                               Solid Lotion Bar


Cheat Sheet? Yap. Saya kasih contekan panduan untuk membuat lotion, cream dan body butter, baik anhydrous maupun emulsified. Anda bisa membuatnya di rumah. 

Yang perlu diingat, emulsifier ada beberapa jenis, masing masing memiliki usage rate sendiri sendiri, jadi tetap harus membaca usage rate masing2 emulsifier. Cheat sheet ini menggunakan emulsifying wax NF.  
Lengket dan tidaknya tergantung pemilihan oil. Untuk emulsified products, jika ingin mengurangi sticky feeling, harus ada penambahan bahan sintetis tertentu. Berhubung maunya natural, saya tidak berikan yang super detailed. Disini saya ingin Anda merasakan bagaimana membuat home made bodycare produk yang bisa Anda pakai sendiri. 

Banyak produk home made yang sudah dijual saat baru sekali produksi. Pembuat dan penjual produk skincare home made jaman sekarang punya tangan midas, pintar sekali. Dalam waktu kurang dari setahun sudah membuat dan menjual banyak sekali varian produk. Kereeennnnnnn..... Pesan dari saya, jangan lupa test stabilitas produk Anda dalam waktu minimal 6 bulan (untuk produk emulsified). Banyak produk yang meleleh dalam pengiriman, berubah bau dalam beberapa minggu, dan lain lain. Ini akan membuat pasar menilai semua produk home made tidak dibuat dengan cara yang baik dan benar. 

Produk anhydrous buat saya tidak terlalu masalah, paling paling meleleh di suhu negara kita.  
Yang jadi masalah adalah produk emulsified. Semua produk emulsified harus ada yang namanya stability test paling tidak selama minimal 6 bulan. Produk yang dibuat disimpan di suhu ruangan selama paling sedikit 6 bulan untuk melihat apakah produk tersebut stabil atau tidak (kadang suka ada yang misah air dan oil nya). Masa tes 6 bulan tersebut muga untuk melihat apakah produk tersebut tahan bakteri, jamur, dan  yeast. Di masa itulah kita bisa melihat perubahan tekstur, warna, bau dan lain lain. Intinya harus stabil dalam minimal 6 bulan. (saya pribadi malah minimal 8 bulan, ga pede aja :p)

Saya hanya memberikan garis besarnya saja pada sheet ini, tutorialnya banyak di internet. selanjutnya Anda harus ber eksperimen sendiri ;)



ANHYDROUS PRODUCTS EMULSIFIED PRODUCTS
Balm Lotion (Face & Body)
80% Liquid Oil 80% Water
20% Wax 4% Humectant
10% Liquid Oil
Whipped Butter 2% Thickener
20% Liquid Oil 4% Emulsifier
80% Solid Oil (Butter)
Cream
70% Water
Solid Lotion Bar 2% Humectant
40% Liquid Oil 15% Liquid Oil
35% Solid Oil (Butter) 5% Solid Oil (Butter)
25% Wax 2% Thickener
6% Emulsifier
Body Butter
60% Water
3% Humectant
12% Liquid Oil
15% Solid Oil (Butter)
3% Thickener
7% Emulsifier

Catatan:
  1. Cheat ini merupakan gambaran umum resep dasar, Anda bisa melakukan percobaan dengan memodifikasinya.
  2. Emulsifier ada banyak macam, masing masing bisa berbeda feel nya di kulit. Baca usage levelnya pada keterangan setiap bahan. 
  3. Preservative WAJIB ditambahkan untuk produk emulsified. Pemakaiannya harus baca usage rate masing masing. Baca dengan detail mengenai persentase, suhu saat ditambahkan, dan lain lain.
  4. Humectant ada banyak jenis. Yang paling umum adalah Glycerin. 
  5. Wax: Umum nya beeswax. Jika anda vegan, beeswax bisa digantikan dengan candelila wax, dengan persentase lebih sedikit dibanding beeswax. 




Wednesday, March 16, 2016

Anhydrous vs Emulsified Products

Berhubung banyak nih yang nanya kenapa produk body butter si A, B, C lumer atau meleleh (padahal yang bikin bukan saya, kok ga nanya ke pembuatnya ya? :p ) saya berikan penjelasan singkat nih...

Sejauh yang saya lihat, kebanyakan produk home made body butter yang ada di pasaran sini merupakan anhydrous product. Produk anhydrous rentan meleleh di suhu negara tropis. Karena itu butuh pengetahuan lebih untuk bisa membuat produk anhydrous yang tahan leleh disini ;)
Saya tidak memproduksi anhydrous produk, karena saya pribadi ga suka, lengketnya itu ga nahan. Tapi ada produk body butter anhydrous lokal yg saya suka, tahan leleh dan tidak begitu lengket ;)

Oke, langsung ke penjelasannya yaaaaa, diusahakan singkat, jelas dan padat. 



Anhydrous products

  • Tidak mengandung air dan wax
  • Berbasis minyak (nabati), butter dan wax
  • Body oil, face oil, massage oil, lotion bar, balm, salve, oil based body butter, whipped body butter, massage bar, oil based scrub termasuk kategori ini.
  • Produk berbasis minyak dibuat tanpa air tidak rentan terhadap kontaminasi mikroba oleh karena itu tidak perlu menambahkan pengawet (dengan catatan produk tersebut tidak kemasukan air)
  • Antioksidan dapat ditambahkan ke produk ini untuk memperpanjang umur simpan mereka. Antioksidan memperlambat proses oksidasi yang menyebabkan produk berbau tengik.
Emulsion Products
  • Mengandung air
  • Merupakan campuran minyak dan air dengan emulsifier untuk mengikat bahan.
  • Cream dan lotion masuk kategori ini
  • Perlu pengawet (WAJIB!) untuk melindungi produk terhadap bakteri dan kontaminasi mikroba
  • Antioksidan juga dapat ditambahkan selain pengawet. 

Cara lain untuk memperpanjang daya simpan produk Anda (disamping menggunakan preservative dan antioksidan)
  • Kemas dalam airless pump dispenser
  • Gunakan distilled water (bukan air keran!)
  • Pastikan Anda mematuhi praktekebersihan yang sangat baik ketika membuat dan menggunakan produk.
  • Jika Anda telah membuat produk anhydrous, pastikan bahwa air tidak masuk produk selama pembuatan atau pemakaian. Jagalah produk untuk tidak kemasukan air (tangan yang basah/lembab saat mengambil produk termasuk disini). 


Satu lagi nih, pertanyaan mengenai preservative natural. Apakah ada natural preservative? jawaban saya: Tidak ada bahan pengawet yang tersedia saat ini untuk produk home made yang 100% alami. Pilihan terbaik (jika punya bahannya) adalah dengan menggunakan pengawet yang diizinkan dalam produk organik bersertifikat. Pengawet yang tersedia untuk produk home made yang diizinkan oleh Ecocert organic products - Ini ada beberapa kelemahan, bisa baca tentang hal tersebut di sini.

Yang menyedihkan, ada beberapa produk home made yang resepnya nyontek abis dari internet. Terilhami ga jadi masalah, tapi kalo 100% dicontek? lupa ya disini negara tropis? 
Buat yang pengen bikin produk butter sendiri, gampang kok, asal tahan ama lengketnya. Next post saya kasi contekan resep aja gimana? Ga perlu les ga pake mikir kok :D




Wednesday, March 9, 2016

Membaca Ingredients list pada produk - PRESERVATIVE



Berhubung banyak perdebatan mengenai pengawet pada produk home made, kali ini saya kasih penjelasan singkat saja ya....

Semua produk  yang menggunakan air (termasuk hydrosol, floral water, aloe vera, susu, semuanya mengandung air) atau yang kemungkinan terkena kontak dengan air (contoh: scrub yang digunakan dengan tangan yang basah), maka pengawet sangat penting (baca: WAJIB) untuk membantu mencegah pertumbuhan mikroba (bakteri, jamur dan ragi/yeast). Pengawet menghentikan pertumbuhan bakteri dengan bertindak pada spora ketika mereka berkecambah dan membunuh sel-sel (biasanya dengan cara merusak membran sel) atau dengan membuat produk tidak memungkinkan bagi bakteri untuk tumbuh. 
Anda tidak bisa mengandalkan penglihatan untuk mengetahui bahwa produk Anda baik-baik saja untuk digunakan - produk mungkin terlihat dan berbau baik-baik saja, tapi ketika kita menjalankan mereka melalui tes mikro, hasilnya pasti akan menyatakan lain. 

Jika Anda membuat sebuah produk dengan banyak zat aktif, tumbuhan dll (yang sangat sulit untuk diawetkan) maka Anda perlu pengawet yang dapat mengatasinya sehingga pilihan Anda akan lebih terbatas. 

Jadi, sebisa mungkin, kurangi komponen yang mungkin memberi nutrisi bagi bakteri dan jamur, khususnya, clay,  susu kambing, lidah buaya, hydrosols, air bunga, ekstrak, asam hialuronat dan umumnya: karbohidrat, protein, asam organik, garam anorganik dan vitamin.

Nah, bagaimana kita 'membaca' preservative pada produk, khususnya produk home made, all natural, paraben free dll yang banyak didengung dengungkan belakangan ini?
Saya tidak akan membahas semua jenis preservative yang ada di pasaran, disini saya hanya bahas yang umum saja dan beberapa preservative khusus.

Preservative bisa dilihat dai INCL (ingredient list) nya, suatu preservative bisa terdiri dari satu atau beberapa kombinasi ingredients untuk membuatnya efektif. Pada produk jadi, kita tidak menuliskan nama preservativenya melainkan keseluruhan ingredient listnya (Incl). Mari kita mulai....


Traditional Preservatives

1. Phenonip (Incl: Phenoxyethanol, Methylparaben, Ethylparaben, Butylparaben, Propylparaben,  Isobutylparaben) Usage rate: 0.5% - 1%
Not paraben free, banyak digunakan pada produk pabrikan di pasaran. Phenonip sangat efektif dan bagus sebagai pengawet tunggal.

2. Germall Plus - Liquid (incl: Propylene Glycol, Diazolidinyl Urea, Iodopropynyl Butylcarbamate). Usage rate: 0.1% - 0.5%
Paraben free preservative, efektif dan mudah digunakan, menjadi favorit bagi produk produk home made. 

3. Germaben II (Incl: Propylene Glycol, Diazolidinyl Urea, Methylparaben, Propylparaben). Usage rate: 0.3 - 1%
Not paraben free, pengawet lain yang sangat efektif - sangat baik untuk mengawetkan produk yang sulit untuk diawetkan misalnya produk dengan banyak ekstrak. 

4. Germaben II - E (Incl: Propylene Glycol, Diazolidinyl Urea, Methylparaben, Propylparaben) 
Sebuah pengawet populer, Germaben II-E dapat digunakan dalam formulasi bermasalah tanpa perlu tambahan co-preservative.

5. Suttocide A (Incl: Sodium Hydroxymethylglycinate). Usage rate: 0.1 - 1%, tergantung pada formulasi. 
Salah satu dari beberapa bahan pengawet yang tahan terhadap pH tinggi. Suttocide adalah pengawet yang baik, tapi mungkin perlu sedikit tambahan dengan pengawet lain untuk mengatasi setiap ragi dan jamur. Suttocide A memiliki sifat anti-bakteri baik, dan kemampuan membunuh fungi, mold dan yeast nya meningkat dengan kuantitas yang digunakan.



More "Natural" Preservative (Notes: beberapa kemungkinan tidak begitu efektif)

1. Optiphen / GFphen PCG (Incl: Phenoxyethanol, Caprylyl Glycol). Usage rate: 0.5% - 1.5%
Paraben dan formaldehyde free preservative. Dapat menyebabkan emulsi menjadi tidak stabil. Baik digunakan dengan chelator dan tambahkan pengawet lain untuk membantu memerangi jamur

2. Optiphen plus  (INCI of Phenoxyethanol, Caprylyl Glycol, Sorbic Acid). Usage rate: 0.5% - 1.5%
Paraben dan formaldehyde free preservative. 


Ecocert Approved Preservative (Pada umumnya memiliki short shelf life dan harus dikombinasikan dengan preservative lain)

1. Glyceryl Caprylate/Dermosoft GMCY. Effective terhadap bacteria and fungus tapi lemah terhadap mould. Tidak terdaftar sebagai pengawet, dan dengan demikian tidak memiliki tingkat penggunaan maksimum. Terdaftar sebagai wetting agent atau komponen emolient. Pasangkan dengan pengawet yang efektif mengatasi mould. 

2.  p-Anisic Acid/Dermosoft® 688 eco (INCI is Parfum). Menjaga terhadap mould tapi lemah terhadap bakteri dan jamur. Pasangkan dengan glyceryl caprylate untuk “preservative-free” formula.


Cukup segini saja ya.... saya bisa pingsan kalau membahas satu demi satu semua preservative (yang jenisnya banyaaaakkk sekali). 
Pemakaian preservative memiliki beberapa pembatasan. Suhu, PH, dan bahan lain yang ada dalam formula produk akan mempengaruhi keefektifan maupun stabilitas produk. Ini sebabnya para crafter (seperti saya) banyak memilih germall plus sebagai preservative. 

Mau pakai pengawet yang 100% natural bisa saja, tapi harganya sangat mahal, dengan kurs sekarang mencapai hampir Rp. 210.000.- untuk 17 gramnya - ini belum termasuk ongkos kirim dari US ke Indonesia, usage rate 0.3% - 1%. Incl nya hanya parfum (penasaran apa namanya? :p ). Yang menjadi pertanyaan saya, preservative dengan harga setinggi itu, mau dijual berapa produk yang pakai bahan pengawet ini? Pangsa pasarnya akan jauh lebih terbatas karena masalah harga jual yang tinggi ;)


Saturday, March 5, 2016

How to make herbal infused oils

  


Herbal infused oil (juga dikenal sebagai macerated oil) adalah carrier oil yang telah 'diinfused' (direndam) dengan herbal ataupun bunga. Dengan membiarkan tumbuhan dan bunga terendam dalam minyak untuk jangka waktu tertentu kita dapat mengekstrak banyak manfaat penyembuhan dari tumbuhan tersebut menjadi bentuk yang lebih bermanfaat.

Banyak herbal yang cocok untuk infusing, seperti rosemary, lavender, peppermint, calendula dan comfrey .

Ide dasarnya adalah bahwa tumbuhan direndam dalam carrier oil berkualitas baik seperti minyak almond, minyak bunga matahari, jojoba atau minyak zaitun dan baik didiamkan secara alami selama beberapa minggu, dipanaskan dengan sinar matahari atau dipanaskan di dalam air panas (dalam slow cooker atau di tim) selama beberapa jam. Minyak menyerap banyak sifat-sifat tumbuhan dan bahan tumbuhan yang direndam tersebut. 

Minyak yang telah direndam dengan herbs/bunga tersebut kemudian dapat digunakan untuk membuat formulasi perawatan kulit lain seperti  balm, salep, krim, perawatan rambut, sabun dan lainnya. Ada begitu banyak pilihan campuran yang dapat Anda pilih sendiri sesuai kebutuhan Anda. 

Yang perlu diingat adalah, selalu gunakan dried herbs atau flower, karena kandungan air pada tanaman segar akan merusak oil yang Anda gunakan untuk merendam. Kandungan air pada tumbuhan segar akan membuat carrier oil Anda mengalami oksidasi/rusak. 


3 metode membuat herbal infused oils:

1. Cold Infusion:
Rendam dried herbs/flower ke dalam jar yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan ke dalam carrier oil, lalu simpan selama 6 minggu di tempat yang tidak terkena sinar matahari. Setelah 6 minggu, saring dan gunakan minyaknya sebagai bahan baku untuk skincare Anda.

2. Sun Infusion:
Sama dengan cold infusion, hanya saja jar diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari.

3. Heat infusion:
Rendam dried herbs/flower ke dalam jar yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan ke dalam carrier oil, rendam dalam air panas dengan metode double boiler (atau gunakan slow cooker) selama 2-6 jam. 
Metode ini cocok untuk mereka yang kurang sabar menunggu beberapa minggu infusing.



Supplier Bahan Baku Sabun di Indonesia

Menyambung postingan saya sebelumnya di sini , sekarang sudah cukup banyak supplier yang bermunculan. Banyak pilihan nih untuk soaper soap...